Bergurau

kita masih sering bergurau pada teras - teras rindu. di kelabu dua mata itu, aku pernah berucap esok dari esok hari, dan lusa setelah lusa. 
teras ini tempat kita berayun, dua bilah bambu reot dan sebuah pohon aren di pekarangan yang teduh untuk memalingkan mata. sebab pada matamu adalah badai.
aku pernah sesekali berani menatapnya, sekedar menyingkirkan bayanganmu dari tamparan angin dan ramai air namun kau menyangsi, berkutik dan lalu pergi. maka segera lengan kusingsingkan dan perapian kupadamkan, mengikat erat tali sepatu lalu plastik bekal bawaan; entah benar atau salah namun waktu itu masa muda kita tengah begitu merah, hampir tua dan tidak muda.

kusampaikan ini padamu yang mengulas kenangan - kenangan baik kita di hadapanku.

Komentar

Postingan Populer