itik hilang kawanan
Ia bersenda gurau dengan kayu yang sehabis dilahap api – api
cemburu. Dengan sadar kemudian dihalalkan segala cara agar kembali paripurna,
tak lagi sekedar iba pada rasanya sendiri. Bukan oleh suasana yang mungkin tak
lagi ada namun karena masa hampir diakhiri samudra – samudra bahagia itu.
Dara
yang paling ia berdecak begitu kagumnya kini mulai menjadi serpihan anak itik,
tak tau jalan pulang. Ia berdandan begitu eloknya dan tanpa diburu waktu, sebab
ia rasa tak ada tanggung jawabnya akan manusia lain. Waktu pulangnya ia beri
jengkat sendiri agar seluruh semesta tahu betapa ia kini merdeka dari segala. Karena
sebelum hujan deras bulan kemarin, rasanya dibunuh secara tepat sasaran, pada
hari – hari penuh harapan. Maka ada pejantan menunggunya hampir – hampir terlelap.
Atau sekedar ingin jadi lelap.
Pun karena
ia kini hilang kawanan, tak mau ia menjadi nikmat buaian. Kaki itik kecil ingin
ditancapkan sedalam tanah lempung yang berhamburan ditepi sawah. Agar tak lagi
aku tulis sajak penuh muslihat ini, ia kata ingin sendiri, berjalan dengan
kenangan – kenangan sakit yang tak ingin dibiarkannya mati.
Komentar
Posting Komentar