saya melihat jendela dua minggu ini.
aku telungkup pasrah
ketika sontak asap gelap mengepul garang
bersambut disana gemuruh pada pojok - pojok keramaian pasar,
tanah dan kulit mengelupas tak surutnya.
biar tuan - tuan yang menilai kini,
untuk siapa nestapa para jelata itu terpampang?
kami hanya bisa menonton dari layar kaca
barisan kami ini paling tak berharga.
aku mendongak sedikit,
jernih kian tak terpampang
juga kemajuan tanah air;
sampai sini saja kah?
Bung Karno?
Bung Hatta?
Bung Sjahrier?
atau Jenderal Soeharto?
jawablah kami!
disini hampir malam di langit masa depan.
kabarkan kalau - kalau memang sudah paripurna cerita.
kami menambang berlian yang ternyata darah kawan sejawat.
ketika sontak asap gelap mengepul garang
bersambut disana gemuruh pada pojok - pojok keramaian pasar,
tanah dan kulit mengelupas tak surutnya.
biar tuan - tuan yang menilai kini,
untuk siapa nestapa para jelata itu terpampang?
kami hanya bisa menonton dari layar kaca
barisan kami ini paling tak berharga.
aku mendongak sedikit,
jernih kian tak terpampang
juga kemajuan tanah air;
sampai sini saja kah?
Bung Karno?
Bung Hatta?
Bung Sjahrier?
atau Jenderal Soeharto?
jawablah kami!
disini hampir malam di langit masa depan.
kabarkan kalau - kalau memang sudah paripurna cerita.
kami menambang berlian yang ternyata darah kawan sejawat.
Komentar
Posting Komentar