aku berbisik namamu pada desir angin,
dibawanya hilang
bersatu dengan kesunyian alam
karena kau hanya ingin sekilas melihatku.

aku menitipkan namamu pada tahta awan;
dilihat badan rentaku
tanpa perlu kau turun dan empati
melihatku sekarat sekilas pergi.

aku menantang hujan yang bulan ini
dialirkan nya ingatan tentang jejak
yang sempat terjadi
dan kini dihindari.

aku menatap ragamu yang tersamar
alasan yang tak kunjung usai, terpana pilu.
dengan berjelaga aku meminta;
dengan berkasih, aku merelakan.

Komentar

Postingan Populer